Penulis: Yoni Haris Setiawan
(Wakil Sekretaris IV LP UMKM PPM)
lpumkmppm.or.id. – Yogyakarta.– KETUA Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, mengungkapkan bahwa tradisi literasi Muhammadiyah sejak dulu memiliki literasi yang paling kuat, Suara Muhammadiyah (SM) merupakan satu-satunya majalah yang lahir paling tua di Republik ini sebelum majalah-majalah lainnya.
“Tulisan-tulisan, buku-buku, karya-karya Muhammadiyah itu luar biasa, pemikiran resminya paling kaya, bahkan satu-satunya ormas keagamaan yang punya dokumen resmi tentang pandangan kebangsaan (Negara Pancasila dan dua Syahadat) yaitu Muhammadiyah, yang lain baru pernyataan para tokohnya tentang NKRI final, NKRI harga mati lewat spanduk-spanduk dan panggung-panggung” pungkas Haedar.
Hal tersebut diungkapkan Haedar pada Kegiatan Silaturahmi dan Coaching Pengelola Media Unsur Pembantu Pimpinan (UPP) di Lingkup Pimpinan Pusat Muhammadiyah (18-19/9/2023) yang digagas BPKU, PSDM dan Medkom PPM, bertempat di Aula PPM Jl. Cik Ditiro 23 Yogyakarta dengan mengangkat tema “Konsolidasi Tata Kelola Strategi Narasi untuk Muhammadiyah Berkeunggulan”.
Lebih lanjut Haedar menjelaskan kesadaran literasi itu luar biasa, sekarang di era media massa menjadi kekuatan dan pilar strategis yang sangat mempengaruhi alam pikiran atau pola pikir, orientasi sikap dan tindakan masyarakat seluas-luasnya. Boleh jadi Kita kurang massif, kurang inovatif, informatif, variatif dan kurang melakukan orkestrasi transformasi ke era baru yang memerlukan publikasi (berwarta/mensyiarkan keluar).
Pesatnya kemajuan dunia teknologi dan hadirnya berbagai media sosial dan aplikasi telah menyeruak dan membaur di tengah-tengah masyarakat, tak terkecuali organisasi terkena dampak untuk melakukan perubahan-perubahan dan penyesuaian (adaptif).
Di era penyiaran digital dapat dinikmati, pada ranah digital akun media sosial memilk followers (pengikut) yang banyak sebagai kategori bahwa media itu banyak dibuka, dinikmati, dibaca, karena menarik, asyiik, singkat, dan renyah diksinya menginspirasi sehingga diserbu para audiens.
Pada prinsipnya UPP PPM (Majelis/Lembaga/Biro, dan Ortom) telah memiliki media informasi berupa website, instagram, twitter, telegram, facebook dan lainnya yang selama ini telah berjalan, begitu pun dengan UPP yang baru dibentuk pasca Muktamar ke-48 Surakarta 2022 di Surakarta, memerlukan penyesuaian dan percepatan dalam penyediaan dan pengelolaan media.
Masih banyak kendala atau problematika yang dihadapi di lapang membangun media yaitu Pertama, sumber daya insani yang fokus dalam pengelolaannya, Kedua, mensinergikan antara media lembaga dengan induk organisasi (Muhammadiyah) sehingga menjadi satu kesatuan subdomain informasi yang massif.
Ketiga, masih kurangnya daya minat pengurus atau pimpinan dalam menuangkan ide-ide, kegiatan menjadi tulisan yang dapat di upload dan dipublikasikan di media internal maupun eksternal. Keempat, pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan media dan apresiasi para penulis. Kelima, Media yang telah ada selama ini hanya pada lingkup informasi dan komunikasi belum pada interkasi, refresentasi dan referensi gerakan.
“Kesadaran literasi Kita sudah bagus saat itu, bahkan lewat Majelis Pustaka dan Informasi/MPI mengusulkan hari Pers dan Literasi Muhammadiyah” pungkas Haedar.
‘Armada’ arsitektur dan redesain media Muhammadiyah ini harus meluas sampai ke daerah, jaringan digital dapat melampaui segalanya. Banyak narasi (tulisan-tulisan) bagus, berbobot, kisah-kisah kebaikan, kesuksesan, inspiratif. Hal ini dapat menarik untuk dapat disajikan dan akan berdampak luas terhadap Muhammadiyah.
Para pegiat medsos apapun medianya harus semakin memiliki kemampuan melebihi generasi sebelumnya, bagimana menyajikan narasi, video, visual, yang bermakna, substansi yang bagus, menarik, tidak berat-berat. “Banjiri media publik Kita itu berbagai jenis dengan informasi-informasi cerita, kisah sukses, hal-hal interesting, yang inspiratif oleh dan tentang Muhammadiyah” tandas Haedar.
Problematika dalam tata kelola media yang selama ini belum optimal sangat perlu dipangkas untuk menjadi ‘branding’ media Muhammadiyah. Kategori narasi yang perlu disajikan dalam seleksi penting, terpenting, perlu dipublikasikan. Menarik, memikat, minat audiens terhadap narasi-narasi yang dapat mencerahkan. Satu elemen yang tidak terperhatikan secara serius kadang karena kurang publikasi secara massif/luas.
“Saya yakin di tangan saudara-saudara sekalian, Muhammadiyah akan semakin bersinar, karena aktifis-aktifis atau pegiat literasi itu punya kekuatan dahsyat lewat penanya, kata-katanya. Satu kata saja bisa mengguncang dunia. Para aktifis Muhammadiyah itu pinter-pinter membuat kata-kata paling pedas, tajam, dahsyat di muka bumi” tegas Haedar.
Muhammad Hafidullah, yang menggawangi Bidang V Strategi Media Sosial MPI PPM, menyampaikan pandangannya bahwa yang menjadi kekuatan Muhammadiyah yakni, Pertama, secara angka besar, namun secara konsolidasi bagaimana caranya kita bisa menyampaikan pesan-pesan persyarikatan itu lebih mudah lebih ringan lebih kontekstual dengan hari ini menjadi satu tantangan tersendiri.
Kedua, harus paham bahwa bonus demografi itu harus bisa dimanfaatkan oleh Muhammadiyah karena audiens jadi lebih muda pasti karakter, kebiasaan, kebutuhan, menjadi berbeda. “Ha-hal yang kemudian menurut saya harus menjadi PR di Muhammadiyah untuk bisa memenangkan share of voice di digital” tandas Hafid.
Lain halnya dengan ‘keringnya’ penulis ditubuh Muhammadiyah dan Ortom, Hafid menegaskan hal yang semestinya dibangun adalah Muhammadiyah melakukan cara-cara yang tidak biasa salah satunya dengan mereaktualisasi mata pelajaran Ke-Muhammadiyah-an itu menjadi ruang untuk warga sekolah berlatih tidak hanya berkenalan dengan Muhammadiyah tetapi juga berlatih bercerita tentang Muhammadiyah yang lebih banyak lagi.
Program Bidang V Strategi Media Sosial MPI PPM, pertama membangkitkan penulis-penulis yang didorong melalui induksi kurikulum lewat mata pelajaran di sekolah-sekolah Muhammadiyah yaitu berkolaborasi dengan Majelis Dikdasmen. Kedua, dengan ortom IPM, karena IPM mempunyai jaringan pelajar Muhammadiyah sampai bawah. Harapannya dengan didorong dan jaringan tersebut menjadi regenerasi penulis-penulis muda di Muhammadiyah.
Kaitannya dengan korelasi literasi yang digulirkan Pemerintah yaitu GLN, GLS, GLK, GLM. Literasi Muhammadiyah itu dapat memperkaya program-program literasi yang telah ada khususnya untuk warga Persyarikatan. Karenalewat literasi Muhammadiyah, tidak hanya berkenalan dengan organisasi persyarikatan tapi juga dapat berkenalan dengan pemikiran-pemikiran baru yang dapat diskontribusikan oleh persyarikatan.
“Banyaknya program literasi-literasi tadi itu, Saya pikir sekali lagi adalah bentuk respon baik negara maupun pihak-pihak yang merasa bahwa dengan perkembangan digital yang luar biasa ini memang menuntut kita untuk semakin mawas diri semakin, bijaksana gitu ya dengan konten-konten yang ada” pungkas Hafid.
Hari Pers dan Literasi Muhammadiyah arahnya secara khusus ingin menggagas adanya pers berkemajuan. Pers yang memiliki ciri khas Muhammadiyah. Kemudian yang menjadi pertimbangan lainnya adalah bahwa banyak sekali media-media afiliasi Muhammadiyah di luar sana dan selama ini menjadi mitra strategis Persyarikatan dalam mengabarkan aktivitas-aktivitas Muhammadiyah.
Dengan ide pencanangan Hari Pers dan Literasi Muhammadiyah itu sebenarnya adalah semangat untuk meneguhkan bahwa Muhammadiyah itu sangat konsen dengan literasi dan pers khususnya yang berhubungan dengan Muhammadiyah. Selain itu, dengan adanya pencanangan Hari Pers dan Literasi Muhammadiyah menjadi satu komitmen bagi Muhammadiyah untuk terus mengembangkan kualitas pers dan literasi yang berkemajuan. [**yhs_23].
#Salam Literasi Muhammadiyah; Berkemajuan!
Dokfoto: Yoni Haris Setiawan, Muhammad Dafid Rivaldi
GALERRY FOTO: